Isi Hati, Teman, dan Cinta

Suatu hari yang indah pernah aku lalui bersamamu. Walau sebagai teman, tapi aku cukup menikmatinya. Begitu banyak kata indah yang kamu ucapkan, begitu banyak pula ejekan manja yang kamu utarakan. Saat itu mungkin kita sangat bahagia denga hari-hari yang kita jalani.

Memang hari-hari itu sangat aku tunggu. Hari dimana aku dan kamu sangat dekat, melepas tawa secara langsung satu sama lain. Saling menatap dan tersenyum, memulai obrolan kembali yang dulunya sempat sunyi..

Menghabiskan waktu senja berdua dengan berkeliling kota. Hmm, kamu sudah cukup berani ya ketika itu. Cukup berani untuk membiarkan dunia tau bahwa kita lagi bersama. Kamu berusaha untuk tidak menghiraukan orang sekitar, berusaha untuk cuek walau mungkin terbersit di pikiranmu dan berharap untuk tidak bertemu dengan orang-orang yang kamu kenal :)) tujuannya sih simpel, agar tidak terdapat banyak gosip sana-sini tentang kita. Aku juga berharap demikian, karena aku juga belum siap dengan hal itu.

Awesome....
Kata itu yang dapat menggambarkan hari-hari ketika bersamamu. Tidak sengaja untuk menghabiskan waktu senja dengan makan berdua, saling bertukar suara melalui sinyal provider yang terkadang membuat kita jengkel. Sesekali pun ketika saling rindu kita kembali mengandalkan fasilitas handphone agar dapat saling melihat apa yang sedang dilakukan, melihat wajah satu sama lain. Sampai kamu pun sudah sangat mengantuk dan pembicaraannya mulai ngelantur. Ahhhh, kita lucu waktu itu. Sangat lucu...

Hampir setiap malam bertukar suara lewat telepon. Tidak jarang bertukar foto ketika rindu dan bertemu :)) Hari-hari itu terasa sungguh indah.

Ucapanmu saat itu sungguh indah, seakan hari-hari tersebut tidak akan berakhir dan akan selalu kita lalui bersama. Kamu terlalu menatap jauh untuk kebersamaan kita, hingga kamu lupa siapa yang sesungguhnya ada di hatimu.. Kata-kata yang kamu ucapkan seakan hatimu sudah benar-benar kosong, tidak ada keraguan lagi untuk memilih. Tapi ternyata tidak, kamu sendiri pun masih belum bisa memantapkan hatimu untuk siapa.

Dengan kenyataan itu, aku perlahan membiasakan diri untuk tidak menerima kabar darimu, tidak mendengar suara khasmu yang selalu terngiang di telingaku, dan percakapan yang tiada habisnya kita kirim satu sama lain :) Iya, sungguh aku membiasakan diri dengan hal tersebut. Aku tahu itu tidak mudah, tapi aku tetap meyakinkan diriku agar dapat melakukannya. Perlahan tapi pasti, hubungan kita semakin menjauh. Semakin terperosok dalam ketidakpedulian..

Tapi aku tidak mudah melakukannya, terkadang pikiranku masih tertuju kepadamu. Tidak jarang aku menanyakan kabarmu melalui orang lain. Aku takut jika langsung bertanya kepadamu. Aku takut jika aku semakin sulit untuk membiasakan diri kembali seperti dulu, ketika kamu belum masuk dalam kehidupanku. Saat ini aku memang tidak mengetahui kabarmu seperti apa, aku hanya berharap kamu menemukan jawaban yang tepat untuk hatimu. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita. Jika saling diam seperti ini akan lebih baik, aku akan mendukung semua ini. Tapi, aku hanya ingin berpesan....
      "Jangan pernah memutuskan tali silaturahmi jika kita sudah saling kenal, apalagi sudah mengetahui satu sama lain. Jika akhirnya akan memutuskan tali sliaturahmi, sebaiknya kita tidak perlu saling mengenal dari awal..."

                               best regards,
                             Maya Carolita.......

Komentar